Monday 11 April 2022

Lulus Ujian SIM di Belanda

Hallo semua, lama tak berjumpa. Saya kembali lagi berusaha menulis di blog lagi. Kali ini tidak seperti yang sudah sudah, saya menulis mengenai pengalaman saya berjuang mendapatkan Surat Izin Mengemudi (Rijbewijs) di Belanda. Mungkin ada yang bertanya tanya kenapa saya harus menuangkan pengalaman ini dalam bentuk tulisan. Ini semua karena perjuangan mendapatkan SIM di Belanda memang penuh lika liku (materi, waktu, tenaga dan pikiran). Dari sejak ujian teori (Theorie examen) sampai ujian praktek (Praktijk examen) yang tidak mudah. Kurang lebih dari Agustus 2020 hingga 5 April 2022 saya sekolah menyetir. Dua sekolah menyetir pula saya alami. Ganti sekolah menyetir karena yang pertama tidak bisa membawa saya ke kelulusan dan saya kurang puas akan kualitas instrukturnya. Yang kedua, instruktur saya meski masih berusia 25 tahun, namun dia adalah orang yang super sabar,santai, tapi disiplin dan streng ketika les menyetir.

Ujian teori saya lewati (Alhamdulillah) hanya sekali langsung lulus bermodalkan belajar teori secara virtual melalui video. FYI, ujian teori sudah cukup sulit bahkan untuk orang Belanda asli. Rata rata orang 2-4x baru lulus. Anyway saya ujian dan les semua memakai bahasa Belanda. Bisa bayangkan susahnya saya di negara orang, sendirian, pakai bahasa Belanda dan harus mikir rambu2 dan aturan lalu lintas di Belanda yang luar biasa banyaknya.Plus ujian teori hanya berlaku selama 1,5 tahun di mana sebelum 30 April 2022 saya sudah harus lulus ujian praktek atau saya ulang ujian teori lagi.

Setelah ujian teori lulus pada 30 Oktober 2020, saya melanjutkan les menyetir, cukup banyak karena ujian pertama saya yang seharusnya berlangsung pada 8 Januari 2021 tertunda karena lockdown Corona. Setelah ada pelonggaran aturan, akhirnya saya bisa ujian praktek pada Maret 2021 dan Juni 2021. Tapi sayangnya kedua ujian tersebut gagal, penguji (examinator)sangat streng, hal hal yang membahayakan pengendara (saya) dan orang lain memang tidak dapat ditolerir, gagal sudah. Pada dua ujian tersebut selain memakan biaya yang tidak sedikit (250 euro per ujian), les tambahan yang juga dengan biaya yang tak sedikit (40 euro per 50 menit). Stress yang jelas, nangis ingin berhenti saja, sempat meratapi hidup saya di Belanda. Karena di Indonesia saya ada SIM A, dan sudah menyetir mobil sejak 2009.

Dua kali ujian gagal, saya mulai memikirkan langkah bagaimana saya bisa memperbaiki cara saya menyetir, meski di Indonesia pernah menyetir beberapa tahun namun aturan, rambu2, dan perilaku kita dalam menyetir sangat dilihat di sini. Seorang teman akrab saya yang juga sedang berjuang akhirnya menyarankan sekolah menyetir di mana dia belajar. Teman saya ini bilang bahwa instrukturnya baik, masih muda, santai tapi disiplin luar biasa dan yang paling penting ngajarnya enak. Setelah itu tak lupa saya cek google review untuk memastikan, ternyata benar, banyak sekali review baik tentang sekolah menyetir yang satu ini.

Sekitar bulan Juni 2021 saya memulai lagi sekolah menyetir dengan sekolah yang baru ini. Mali, nama instruktur saya, memang super enak dalam mengajar. Sabarnya melebihi instruktur saya yang terdahulu. Selain santai dan disiplin dia telaten sekali mengajari saya menyetir yang baik dan benar. Buat dia ujian penting sekali jadi saya tidak disarankan maju ujian praktek sampai saya dinilai siap dan sudah baik menyetirnya. Bulan September 2021 akhirnya saya bilang ke Mali untuk membuat target ujian saya supaya saya ada target dan motivasi lebih. Akhirnya 5 April 2022 sudah terjadwal.

Meski progress saya sempat lambat kata Mali, namun saya 'hajar' saja, sudah kepalang tanggung. Ujian praktek harus terjadi dan saya sudah kerja mati matian untuk bayar les. Plus saya juga harus kerja nambah jam kerja untuk pulang kampung ke Indonesia selama 4 minggu dari 20 November 2021-17 Desember 2021. Mali sempat khawatir saya akan lupa menyetir selama saya pulkam. Akhirnya saya nambah jam lagi setelah pulkam. Seminggu dua kali les (total 4 jam) agar saya ada perkembangan. Sepulangnya dari Indonesia, Alhamdulillah sekali menurut Mali cara menyetir saya berubah, jadi jauh lebih baik meski sempat ganti mobil les menyetir ke mobil yang lebih besar bodinya. Saya senang sekali mendengarnya karena memang saya harus lulus, mengingat juga tarif per jam naik jadi 54 euro, tekad saya makin kuat.

Hari H pun tiba, saya diberi tips oleh Mali agar membawa air teh chamomile dan buah pisang. Kata dia bisa menenangkan hati dari gugup. Pukul 11.40 waktu Belanda akhirnya dua penguji (examinatoren) datang. Hati saya sempat kacau, satu penguji saja saya tidak lulus, apa kabar dua penguji? Ternyata dua penguji tersebut yang satunya masih dalam pelatihan, jadi dia hanya bertugas mengarahkan saya, ke mana saya harus menyetir, dan tugas apa yang harus saya lakukan. Untungnya yang satu (yang masih dilatih) berwajah baik, santai, dan sempat menanyai saya mengenai dua ujian sebelumnya bagaimana. Saya juga diberi ucapan, "Selamat Jalan" dalam bahasa Indonesia olehnya. Lumayan mengurangi ketegangan.

Ujian praktek berlangsung tidak lama, kurang lebih sekitar 30 menit. Sebelum menyetir saya diuji, diminta untuk menjelaskan mengenai ban mobil. Berapa profil ban winter dan summer lalu membaca plat nomer mobil lain dari jarak jauh. Selanjutnya, saya harus menuju kota Huissen, Gelderland. Di mana saya harus menyetir dengan berbagai kecepatan dari 50 km/jam sampai 100 km/jam. Saya juga ditest berbagai manuver seperti parkir di kotak parkir kiri dan kanan serta mundur ke belokan jalan. Terakhir saya harus kembali ke CBR (kantor pemerintah yang mengurusi SIM) menggunakan navigasi. Alhamdulillah sekali saya tidak mendapatkan rem mendadak atau bantuan dari penguji, karena kalau mendapat bantuan maka kita gagal. Ada kesalahan yang saya sadari seperti kecepatan sempat di bawah aturan, namun untungnya tidak membahayakan kami atau pengemudi lain, namun hati saya masih tidak yakin apa bisa lulus.

Sesampainya di kantor CBR (Het Centraal Bureau Rijvaardigheidsbewijzen), saya diminta keluar oleh dua penguji dan dua penguji tersebut berunding di dalam mobil. Saya menunggu di luar dengan instruktur dengan perasaan cemas. Lalu ketika penguji senior keluar dari dalam mobil dan mengucapkan Gefeliciteerd (Selamat), saya malah menangis. Menangis bahagia karena tidak percaya, sampai dua penguji tersebut menatap saya dengan heran. Maklum rata rata yang lulus akan lompat lompat kegirangan atau teriak kesenangan sementara saya malah menangis tersedu sedu. Batin saya sempat merasa ini mimpi jadi nyata, akhirnya perjuangan berakhir. Saya bisa menyisihkan gaji dari kerja dan bisa lebih meluangkan waktu untuk bersama anak tercinta saya yang kerap saya tinggal les.Di samping itu ketrampilan menyetir di Belanda sangat penting. Menyetir adalah bentuk kemandirian, ke mana mana bisa sendiri tanpa minta suami mengantar.

Di Belanda memang proses ambil SIM adalah sesuatu yang sangat spesial, besar dan patut dirayakan. Saya mendapat traktiran dari suami,makan di luar bertiga dengan suami dan anak. Tak lupa kakak di Indonesia juga luar biasa bahagia. Dia juga tempat curhat saya selama ini. Teman-teman juga mengucapkan selamat dengan mengirim kartu. Selama seminggu saya masih merasa ini seperti mimpi, karena tidak jarang banyak juga orang yang mengulang ujian praktek hingga lebih dari 4 kali. Selain syukuran bersama keluarga, tak lupa saya mengirimkan cokelat kepada Mali, instruktur saya yang super sabar sebagai ucapan terima kasih. Tak henti henti saya bersyukur, tinggal menunggu hari di mana saya harus ke balai kota tempat saya tinggal (Gemeente Westervoort)untuk mengambil SIM. Plus yang tidak kalah penting harus sering2 menyetir agar makin lihai mengendari mobil di jalanan. Doakan saya supaya selalu mengendarai mobil dengan bagus dan aman.

-Westervoort, 11 April 2022-
Pose wajib lulus ujian praktek
Cokelat untuk instruktur saya

No comments:

Post a Comment